*berbagai sumber

Pradiabetes merupakan ambang
batas seseorang mengalami diabetes. Pradiabetes ditandai dengan penurunan sensitivitas
insulin. Apabila sensitivitas tersebut telah hilang, maka seseorang tersebut
akan memasuki stase diabetes.
Riset FKUI diatas yang
melibatkan 92 anak usia 12 hingga 15 tahun yang mengalami kegemukan, sebanyak
54,3 persen di antaranya perempuan. Riset juga menyebutkan, para anak dan
remaja tersebut 71,7 persen-nya mengalami tanda-tanda acanthosis nigricans
yaitu kulit yang menebal dan menghitam di tengkuk, ketiak, dan jari-jari.
Pakar gizi klinik Fiastuti
Witjaksono menyatakan, obesitas pada anak dan remaja terjadi akibat fenomena
obesogenic. Mereka mudah mendapatkan kalori dari makanan, namun sulit untuk
mengeluarkannya.Padahal agar terbebas dari kegemukan, jumlah kalori yang masuk
harus sama dengan jumlah yang keluar.
Untuk mengurangi kegemukan
pada anak dan remaja, imbuh Fiastuti, memang tidak semudah mengurangi kegemukan
pada orang dewasa. Pasalnya, anak dan remaja masih dalam masa pertumbuhan.
Pengurangan asupan gizi akan
berakibat pertumbuhan yang tidak optimal.

Jumlah kalori harus sesuai
dengan kebutuhan yang dipengaruhi jenis kelamin, aktivitas, usia, dan
lain-lain. Jenis makanan yang memiliki komposisi seimbang antara karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Dan jadwal makan yang tepat yaitu tiga
makanan utama dan dua sampai tiga kali makanan camilan.
Meski anak sudah mengalami kegemukan, jadwal makan tetap harus teratur. Melewatkan waktu makannya justru akan memicunya untuk makan lebih banyak dan menjadi lebih gemuk.
Pola hidup sehat juga mulai
berubah. Sebagai contoh, senam kesegaran jasmani di sekolah yang di era tahun
90 an diadakan setiap hari, kini pendidikan di sekolah disibukkan dengan masalah
kurikulum baru.
Pada 16 Januari 2015 lalu,
Menteri Perdagangan Rachmad Gobel mengeluarkan aturan pelarangan menjual bir di
minimarket. Aturan itu dibuat untuk melindungi generasi muda....
Bir adalah minuman hasil
fermentasi dari bahan-bahan berpati, misalnya gandum. Setelah difermentasi, bir
tidak disuling sehingga alkoholnya tidak terlalu terasa di tenggorokan.
Dibandingkan wine, wiski dan
lainnya, bir memiliki kandungan alkohol yang lebih rendah. Bir mengandung 4-5
persen saja. Sedangkan wine, memiliki kandungan alkohol berkisar 8-15 persen.
"Tidak ada yang tahu
pasti kapan bir pertama kali diproduksi," kata Arie Susanto, Brewmaster
(ahli racik bir) dari Paulaner Brauhaus, seperti yang dikutip CNN Indonesia.
Ditambahkan dia, beberapa bukti sejarah membuktikan bahwa minuman ini telah menyertai perjalanan panjang peradaban manusia. "Prasasti tanah liat di Babilon, misalnya. Itu menjelaskan dengan rinci resep pembuatan bir di tahun 4.300 Sebelum Masehi," katanya. "Selain itu, bir juga telah dibuat oleh bangsa Tiongkok kuno, Asiria, dan Inka."
Ditambahkan dia, beberapa bukti sejarah membuktikan bahwa minuman ini telah menyertai perjalanan panjang peradaban manusia. "Prasasti tanah liat di Babilon, misalnya. Itu menjelaskan dengan rinci resep pembuatan bir di tahun 4.300 Sebelum Masehi," katanya. "Selain itu, bir juga telah dibuat oleh bangsa Tiongkok kuno, Asiria, dan Inka."
Beberapa bir memiliki jumlah
kalori yang rendah sebesar 64 kalori per 12 ounce per botol. Bahkan untuk jenis
reguler hanya memiliki 100 kalori per 12 ounce per botol. Sebagai perbandingan
satu ounce semua jenis minuman yang disuling atau 4 ounce anggur hanya
mengandung 100 kalori.
Sedangkan minuman campuran yang dikemas memiliki kalori lebih tinggi yakni 250-500 kalori. Bir favorit banyak orang ketika musim panas adalah mencampur setengah jenis bir extra light seperti MGD 64, Beck's Premier Light, atau Michelob Ultra Lime yang kadang dicampur dengan setengah minumuman Diet &-up.
Sedangkan minuman campuran yang dikemas memiliki kalori lebih tinggi yakni 250-500 kalori. Bir favorit banyak orang ketika musim panas adalah mencampur setengah jenis bir extra light seperti MGD 64, Beck's Premier Light, atau Michelob Ultra Lime yang kadang dicampur dengan setengah minumuman Diet &-up.
Sedikit orang yang tahu ada
fakta bahwa bir mengandung antioksidan. Kajian di University of Scranton
menghitung zat asam antioksidan di dalam bir dan sebagian besar bir jenis keras
seperti jenis lagers, light beer, dan bir non alkohol juga memiliki antioksidan
ini.
Berdasarkan temuan itu,
beberapa peneliti memasukkan bir yang memiliki banyak antioksidan ke dalam pola
diet di AS ketimbang anggur. Para peneliti yang melakukan penelitian dengan
memberikan bir kepada binatang yang memiliki kolesterol tinggi menemukan bahwa
bir hitam atau jenis lagers membantu melindungi arteri dari timbunan plak. Bir
yang mengandung antioksidan juga membantu mengurangi peradangan saluran darah
yang berkaitan dengan penyakit jantung.
Selain itu, manfaat bir yang
memiliki etanol selain diketahui melindungi kardiovaskular dan membantu
mengurangi risiko serangan jantung dan stroke, dalam kajian terbaru menunjukkan
bahwa ada kandungan yang terkait dengan sistem saraf. Para peneliti menemukan
alkohol bisa melindungi protein yang dibutuhkan untuk melindungi otak atau
ancaman Alzheimer.
Namun Upton menggarisbawahi,
bir bisa menjadi minuman yang baik asal dikonsumsi dengan aman dan benar. Satu
gelas untuk wanita atau dua gelas untuk pria per hari masih menjadi batas
toleransi. Anda yang hobi minum bir juga sebaiknya tidak memiliki catatan
keluarga kecanduan alkohol atau risiko terkena kanker payudara.
Sejak tahun 2010, sejumlah
daerah di Indonesia menerapkan regulasi penjualan bir
Kegunaan bir kini sudah
mengalami pergeseran budaya. Di masa kini, banyak orang yang menyalahgunakan
alkohol untuk mabuk-mabukan. Padahal, di zaman dulu bir disinyalir dibuat
sebagai minuman obat.
Kegunaan bir sebagai minuman
obat, kata Arie Susanto melanjutkan, terlihat dari tulisan di Mesir kuno yang
diduga dibuat pada tahun 1600 Sebelum Masehi.
"Tulisan Mesir ini berisi
tentang 100 resep pengobatan dengan menggunakan bir," ujar lulusan Beer
Engineering di Technische Universitat Munchen, Jerman ini.
Selain itu, sebuah resep kuno
yang sudah berusia tiga milenium yang ditemukan di kuil matahari Ratu
Nefertiti. Resep ini pernah digunakan oleh New Castle Brewery di Inggris dan
dijadikan 1000 botol bir yang diberinama Tuthankhamun Ale.
Resep ini ditemukan ketika
arkeolog, Barry Kemp menggali makam sang Ratu Mesir di tahun 1990. Saat
menggali, ia menemukan 10 ruang pembuatan bir yang terkubur di bawahnya.
Masing-masing ruang diketahui meninggalkan jejak residu bir.
Bir dari resep asli sang ratu
awalnya dijual dengan harga US$ 7.686 (sekitar Rp 93 juta). Namun lama-lama
harganya turun drastis menjadi US$ 75 atau sekitar Rp 907 ribu per botol.
Melihat sejarah ini maka
edukasi mengenai bir perlu diberikan kepada generasi muda, agar tidak terjadi
penyalahgunaan yang menyebabkan mabuk-mabukan. Pola hidup sehat juga penting
diberikan kepada siswa sekolah agar diabetes tidak lagi menjadi momok dan
ancaman bagi generasi muda dan orang tua.
Regulasi larangan menjual bir malah menimbulkan semakin banyaknya korban jiwa akibat oplosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar