Bir ialah simbol perlawanan, sama seperti minuman beralkohol tradisional asli Indonesia, Ciu asal Solo, Jawa Tengah

"Kini sudah banyak pelaku bajing loncat yang bertobat karena telah memiliki usaha sendiri. Perekonomian masyarakat sekitar pun tumbuh dengan menjual bir di warung-warung kawasan Pantura, " katanya.
Apa yang terjadi di Batang, Jawa Tengah bukanlah satu-satunya kisah hadirnya minuman beralkohol mengangkat perekonomian masyarakat. Di desa Taybeh Tepi Barat Palestina, masyarakat menggelar Festival Bir setiap Oktober sebegai bentuk perlawanan terhadap Israel. Festival Bir itu mampu mengundang investasi asing hingga menjadikan kekuatan perekonomian domestik masyarakat Palestina sebagai modal hadapi Israel.
Desa yang letaknya sekitar 14 kilometer dari Yerusalem, Taybeh di Tepi Barat dikenal sebagai satu-satunya desa penghasil bir di Palestina.Ribuan pengunjung membanjiri desa berpenduduk Kristen yang hidup rukun berdampingan dengan umat Muslim itu untuk merayakan Festival Bir setiap tahunnya. Desa berpenduduk 1.400 orang itu bahkan memperluas usaha dengan memproduksi anggur.
“Kami percaya beginilah Palestina dapat dibangun. Dengan melakukan investasi di dalam negeri dan mendorong orang Palestina lain datang dan menanam modal di sini,” kata pendiri penyulingan bir dan anggur, Nadim Khoury, seperti dikutip laman berita Al-Quds.
Bir dari Taybeh beredar di seluruh dunia. Produk tanah Palestina ini bahkan banyak dikonsumsi warga Israel jauh dari Tepi Barat. Sejak 2005, Taybeh menggelar Festival Bir tahunan setiap Oktober. Sebanyak 16 ribu orang mengunjungi acara yang menjadi magnet wisata itu. Kebanyakan pengunjung merupakan diplomat, pekerja kemanusiaan, jurnalis dan wisatawan lainnya.
Festival bir tahunan justru membuat produk warga sekitar laris manis diborong wisatawan. Produk itu di antaranya adalah madu, minyak zaitun, dan kain sulam.
Khoury mengatakan, bisnis keluarganya mulai memproduksi anggur. Khoury memberi nama Nadim untuk produk anggur mereka. Nadim dalam bahasa Arab berarti teman minum. Putranya, Canaan tahun lalu bekerjasama dengan pembuat anggur dari Italia untuk produksi gelombang pertama. Anggur itu dibuat dari jenis merlot, kabernet dan Suriah.
Keluarga itu meluncurkan anggur baru itu November lalu.
Kepala Desa Taybeh, Nadim Barakat mengatakan, mereka membutuhkan industri anggur, bir dan festival tahunan untuk memutar roda ekonomi desa itu.
“Ekonomi merupakan inti semuanya. Kami harus meningkatkan ekonomi Taybeh sehingga warga tidak pergi mencari pekerjaan di negara lain,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar